Manajemen.umsida.ac.id – Budidaya udang vanamei di Indonesia terus berkembang seiring dengan tingginya permintaan pasar domestik maupun ekspor.
Namun, tantangan seperti keterbatasan lahan, biaya operasional tinggi, serta ancaman penyakit sering menjadi kendala bagi para petambak tradisional.
Salah satu inovasi yang kini mulai diterapkan adalah penggunaan sistem kolam bulat sebagai alternatif dari tambak konvensional.
Sistem ini diklaim mampu meningkatkan efisiensi produksi dengan memaksimalkan penggunaan lahan serta menekan biaya operasional.
Inovasi Kolam Bulat: Solusi Efisiensi dalam Budidaya Udang Vanamei
Kolam bulat memiliki keunggulan dalam distribusi air dan sirkulasi yang lebih merata, yang berdampak pada kualitas air yang lebih baik.

Dalam budidaya udang vanamei, kestabilan lingkungan sangat krusial untuk meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi risiko penyakit.
Dengan desain melingkar, kolam ini mampu mengurangi endapan limbah pada satu titik, sehingga lebih mudah dikelola dibandingkan dengan tambak berbentuk persegi atau persegi panjang.
Baca juga: Efektivitas Pemberian Probiotik dalam Meningkatkan Keuntungan dan Efisiensi Budidaya Udang Vanamei
Mengatasi Keterbatasan Lahan dengan Desain yang Lebih Efisien
Salah satu permasalahan utama dalam tambak tradisional adalah kebutuhan lahan yang luas.
Hal ini menjadi tantangan bagi petambak, terutama di daerah pesisir yang lahannya semakin terbatas akibat pertumbuhan industri dan pemukiman.
Penggunaan kolam bulat menjadi solusi karena membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan tambak konvensional tetapi tetap mampu menghasilkan produktivitas yang optimal.
Selain efisiensi penggunaan lahan, sistem kolam bulat juga lebih mudah dalam pengelolaan sirkulasi air.
Arus yang lebih merata memungkinkan pemanfaatan oksigen yang lebih optimal, mengurangi tingkat stres pada udang, serta mempercepat pertumbuhan mereka.
Hal ini berdampak langsung pada pengurangan kebutuhan pakan, yang merupakan salah satu komponen biaya terbesar dalam budidaya udang.
Dengan kebutuhan pakan yang lebih rendah, petambak dapat menghemat biaya operasional secara signifikan.
Selain itu, sistem ini memungkinkan penerapan teknologi intensif seperti aerasi yang lebih efektif dan sistem filtrasi yang lebih efisien.
Dengan adanya pergerakan air yang konstan, akumulasi sisa pakan dan kotoran dapat diminimalkan, sehingga kualitas air tetap terjaga dan risiko serangan penyakit dapat dikurangi.
Lihat juga: Cerdas Kelola Keuangan: Hidup Hemat, Masa Depan Aman
Meningkatkan Produksi Udang Vanamei Secara Berkelanjutan
Keberlanjutan dalam industri perikanan menjadi isu utama yang harus diperhatikan dalam setiap inovasi budidaya. Sistem kolam bulat berkontribusi dalam menciptakan budidaya yang lebih ramah lingkungan.
Dengan pengelolaan limbah yang lebih terfokus, sistem ini dapat mengurangi pencemaran air di sekitar tambak, sehingga ekosistem pesisir dapat lebih terjaga.
Selain itu, kolam bulat juga mendukung penerapan teknologi bioflok, di mana bakteri baik dapat tumbuh dan membantu menjaga keseimbangan ekosistem dalam kolam.
Bakteri ini tidak hanya berperan dalam menjaga kualitas air tetapi juga dapat menjadi sumber pakan tambahan bagi udang.
Dengan demikian, kebutuhan pakan eksternal dapat dikurangi, yang berdampak pada peningkatan efisiensi produksi dan penghematan biaya.
Penerapan sistem ini juga memudahkan petambak dalam memantau kondisi tambak secara real-time.
Dengan sistem monitoring berbasis sensor atau Internet of Things (IoT), petambak dapat dengan cepat mendeteksi perubahan kualitas air dan segera mengambil tindakan korektif sebelum terjadi masalah yang lebih besar.
Hal ini sangat penting dalam meminimalkan risiko gagal panen yang sering menjadi momok dalam budidaya udang.
Keunggulan Ekonomi dan Penerapan di Lapangan
Dari segi ekonomi, sistem kolam bulat menawarkan return on investment (ROI) yang lebih baik dibandingkan dengan tambak konvensional.
Meskipun investasi awal mungkin lebih besar, namun efisiensi dalam penggunaan pakan, air, dan lahan membuat biaya operasional lebih terkendali dalam jangka panjang.
Beberapa petambak yang telah menerapkan sistem ini melaporkan peningkatan produktivitas hingga 30-40% dibandingkan dengan sistem tambak tradisional.
Sebagai contoh, salah satu kawasan budidaya udang di Jawa Timur telah mengadopsi sistem kolam bulat dan berhasil meningkatkan hasil panen mereka dengan signifikan.
Dengan luas lahan yang lebih kecil, mereka mampu memproduksi udang dalam jumlah yang lebih besar dan dengan tingkat kematian yang lebih rendah.
Keberhasilan ini menunjukkan bahwa sistem kolam bulat bukan hanya sekadar inovasi, tetapi juga strategi yang dapat diadopsi secara luas untuk meningkatkan daya saing petambak lokal.
Penggunaan sistem kolam bulat dalam budidaya udang vanamei merupakan inovasi yang menjanjikan dalam meningkatkan efisiensi produksi.
Selain mengatasi keterbatasan lahan, sistem ini juga dapat menekan biaya operasional, meningkatkan kualitas air, serta mendukung keberlanjutan lingkungan.
Dengan penerapan teknologi pendukung yang tepat, petambak dapat meningkatkan hasil panen dan menjaga stabilitas bisnis mereka dalam jangka panjang.
Sistem ini menjadi solusi yang relevan untuk menghadapi tantangan industri perikanan di era modern, terutama dalam upaya meningkatkan daya saing budidaya udang vanamei Indonesia di pasar global.
Dengan semakin banyaknya petambak yang mengadopsi sistem ini, diharapkan industri budidaya udang Indonesia dapat terus berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah