Manajemen.umsida.ac.id – Isu pengelolaan keuangan menjadi sorotan utama dalam upaya memperkuat daya saing UMKM Indonesia di tengah arus digitalisasi global.
Di tengah transformasi ekonomi global, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia menghadapi tantangan baru dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan usahanya.
Topik ini menjadi fokus utama dalam guest lecture yang disampaikan oleh Herlinda Maya Kumala Sari, dosen Manajemen Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (FBHIS) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), di Fakultas Ekonomi dan Muamalat Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) pada Selasa (8/10/2025).
Dalam sesi bertema “Financial Management of Indonesian MSMEs”, Herlinda menjelaskan bahwa UMKM masih menjadi pilar utama perekonomian Indonesia dengan kontribusi lebih dari 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Namun, di balik kontribusi besar tersebut, pelaku UMKM masih menghadapi kendala serius dalam akses pendanaan, manajemen keuangan, dan literasi digital.

“Meskipun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan, suku bunga pinjaman untuk pelaku UMKM masih tinggi. Kondisi ini membuat pengelolaan arus kas menjadi hal yang sangat penting agar bisnis tetap likuid dan berkelanjutan,” ujar Herlinda di hadapan peserta kuliah yang terdiri dari mahasiswa dan akademisi USIM.
Ia menambahkan bahwa tantangan lain yang dihadapi UMKM adalah kemampuan beradaptasi dengan regulasi dan perkembangan teknologi keuangan.
Menurutnya, tanpa kesiapan literasi digital dan pengetahuan akuntansi dasar, pelaku UMKM akan kesulitan bersaing di pasar modern yang semakin menuntut transparansi dan efisiensi.
Manajemen Keuangan sebagai Kunci Ketahanan UMKM
Dalam paparannya, Herlinda menjelaskan bahwa manajemen finansial bukan hanya soal pencatatan transaksi, tetapi mencakup strategi menyeluruh yang menentukan arah kebijakan usaha.

Tiga keputusan utama menjadi fokus utama: keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan penggunaan laba.
“Ketiganya saling berhubungan. UMKM yang gagal merencanakan keuangannya dengan baik akan kesulitan memenuhi kewajiban, melakukan investasi, dan menjaga stabilitas usaha di tengah fluktuasi ekonomi,” jelasnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Herlinda memaparkan empat strategi utama dalam manajemen keuangan UMKM, yaitu perencanaan dan penganggaran, pengelolaan modal kerja, literasi dan digitalisasi keuangan, serta kepatuhan terhadap regulasi pajak.
Ia menilai bahwa pelaku UMKM perlu memahami siklus keuangan dengan lebih baik agar dapat mengambil keputusan yang tepat waktu dan berbasis data.
Menurut Herlinda, penerapan teknologi digital dapat menjadi solusi efisien untuk meningkatkan tata kelola keuangan.
Aplikasi akuntansi daring, sistem pembayaran elektronik, dan pelaporan pajak berbasis digital membantu pelaku UMKM mengurangi kesalahan manual sekaligus meningkatkan akurasi data.
“Digitalisasi bukan hanya alat bantu administrasi, tapi juga sarana memperkuat kepercayaan investor dan lembaga keuangan terhadap UMKM,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti pentingnya membangun budaya literasi keuangan sejak dini, terutama bagi pelaku usaha muda.
“Banyak UMKM tumbuh karena kreativitas, tetapi tumbang karena tidak memiliki strategi keuangan yang matang. Literasi keuangan menjadi fondasi untuk memastikan keberlangsungan bisnis di masa depan,” tegas Herlinda.
Lihat juga: Uji Kompetensi LSP: Langkah Nyata Umsida Siapkan Lulusan Siap Kerja
UMKM sebagai Penggerak Ekonomi dan Inovasi Sosial
Dalam diskusi bersama akademisi dan mahasiswa USIM, Herlinda menyebut UMKM sebagai “motor ekonomi rakyat” yang tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan nasional, tetapi juga memperkuat kemandirian sosial masyarakat.
Namun, keberhasilan UMKM sebagai penggerak ekonomi bergantung pada kemampuan pelaku usaha untuk beradaptasi dengan perubahan pasar global dan sistem keuangan modern.
“UMKM bukan hanya entitas bisnis kecil, tetapi wadah inovasi dan pemberdayaan masyarakat. Ketika mereka dikelola dengan prinsip yang efisien dan transparan, dampaknya akan terasa hingga ke tingkat akar rumput,” ujarnya.
Ia menilai, kolaborasi antarnegara di Asia Tenggara menjadi penting untuk memperkuat kapasitas wirausaha melalui pertukaran pengetahuan, pelatihan manajemen, dan dukungan digitalisasi lintas batas.
Kegiatan guest lecture ini, menurutnya, merupakan langkah awal memperkuat jejaring akademik sekaligus membangun pemahaman bersama tentang peran UMKM di era integrasi ekonomi regional.
“Manajemen keuangan yang disiplin membantu UMKM bertahan, tumbuh, dan bersaing di era digital. Melalui literasi, teknologi, dan tata kelola yang baik, UMKM Indonesia dapat menjadi contoh sukses bagi negara berkembang lainnya,” pungkasnya.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah

















