Manajemen.umsida.ac.id – Turnover intention atau niat untuk meninggalkan perusahaan menjadi salah satu tantangan signifikan dalam dunia kerja saat ini.
Fenomena ini menjadi perhatian khusus bagi manajemen sumber daya manusia karena dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif, seperti meningkatnya biaya rekrutmen, hilangnya karyawan berpengalaman, dan gangguan terhadap stabilitas operasional. Salah satu faktor penting yang memengaruhi turnover intention adalah kesesuaian antara individu dan organisasi, yang dikenal sebagai Person-Organization Fit (PO Fit). Artikel ini membahas peran PO Fit dalam memengaruhi turnover intention, serta hubungan antara PO Fit, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi.
Komponen Utama Person-Organization Fit
Person-Organization Fit didefinisikan sebagai kesesuaian antara nilai-nilai individu dengan nilai, tujuan, kebutuhan, dan budaya organisasi. Komponen utama dari PO Fit meliputi:
- Kesesuaian Nilai (Value Congruence): Tingkat kesamaan antara nilai-nilai pribadi individu dengan nilai organisasi. Ketika nilai-nilai ini sejalan, karyawan cenderung merasa lebih nyaman dan terlibat dalam pekerjaan.
- Kesesuaian Tujuan (Goal Alignment): Keselarasan antara tujuan individu dengan tujuan organisasi. Karyawan yang merasa tujuan mereka selaras dengan organisasi akan lebih termotivasi untuk mencapai target bersama.
- Pemenuhan Kebutuhan (Needs Fulfillment): Kesesuaian antara kebutuhan karyawan dengan fasilitas, lingkungan kerja, atau peluang yang ditawarkan oleh organisasi.
- Keselarasan Budaya (Cultural Compatibility): Kesesuaian antara karakteristik individu dengan budaya kerja yang berlaku di organisasi, seperti pola komunikasi, struktur kerja, atau norma sosial.
Dampak PO Fit terhadap Kepuasan Kerja dan Turnover Intention
Penelitian menunjukkan bahwa PO Fit yang kuat dapat meningkatkan kepuasan kerja. Karyawan yang merasa nilai dan tujuan mereka sejalan dengan organisasi akan lebih termotivasi, loyal, dan memiliki semangat kerja yang tinggi.
Mereka juga cenderung memiliki sikap positif terhadap organisasi dan rekan kerja. Sebaliknya, karyawan dengan PO Fit rendah mungkin merasa frustrasi, tidak dihargai, atau kurang diberdayakan. Kondisi ini sering kali berujung pada penurunan produktivitas dan keinginan untuk mencari peluang di tempat lain.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa ketidakpuasan kerja yang disebabkan oleh ketidaksesuaian nilai dan tujuan menjadi faktor dominan dalam turnover intention. Karyawan yang tidak merasakan keselarasan dengan organisasi lebih rentan mengalami stres dan merasa tidak terikat secara emosional dengan tempat kerja mereka.
Data Empiris: PO Fit dan Turnover Intention
Hasil penelitian Rifdah Abadiyah mengungkap bahwa PO Fit memiliki hubungan negatif dengan turnover intention, baik secara langsung maupun melalui variabel intervening seperti komitmen organisasi. Temuan ini menyoroti bahwa:
- Karyawan dengan PO Fit tinggi cenderung memiliki tingkat komitmen organisasi yang lebih kuat. Mereka merasa menjadi bagian penting dari organisasi dan bersedia memberikan usaha ekstra untuk mendukung tujuan perusahaan.
- Komitmen organisasi yang tinggi dapat bertindak sebagai buffer terhadap turnover intention. Meskipun menghadapi tantangan seperti beban kerja yang tinggi, karyawan dengan komitmen yang kuat lebih termotivasi untuk bertahan.
Dalam penelitian tersebut, peningkatan satu unit dalam PO Fit dikaitkan dengan penurunan turnover intention hingga 15,7%. Angka ini menunjukkan pentingnya memastikan kesesuaian nilai dan budaya sejak tahap rekrutmen, sehingga potensi turnover dapat diminimalkan.
Strategi Perusahaan untuk Meningkatkan PO Fit
Meningkatkan PO Fit merupakan strategi yang tidak hanya efektif dalam menekan turnover intention, tetapi juga memperkuat hubungan antara karyawan dan organisasi. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan perusahaan:
- Proses Rekrutmen yang Selektif: Gunakan metode wawancara berbasis perilaku untuk mengevaluasi nilai dan kepribadian kandidat. Fokus pada kesesuaian antara kandidat dengan budaya organisasi. Pastikan kandidat memahami visi, misi, dan budaya organisasi sebelum mereka bergabung, sehingga mereka memiliki ekspektasi yang realistis.
- Onboarding dan Pelatihan: Sediakan program orientasi yang menekankan nilai-nilai inti organisasi. Hal ini membantu karyawan baru memahami dan menginternalisasi budaya perusahaan. Libatkan karyawan dalam aktivitas tim yang memperkuat integrasi budaya, seperti pelatihan bersama atau kegiatan pengembangan kelompok.
- Komunikasi Terbuka: Ciptakan lingkungan kerja di mana karyawan merasa nyaman untuk berbicara tentang kebutuhan dan aspirasi mereka. Pemimpin harus mendengarkan masukan dari karyawan dan meresponsnya secara konstruktif. Tingkatkan komunikasi antar level organisasi untuk memperkuat rasa kebersamaan.
- Penghargaan dan Pengakuan: Berikan penghargaan atas kontribusi yang sejalan dengan nilai organisasi. Misalnya, penghargaan untuk karyawan yang menunjukkan integritas tinggi atau bekerja dengan etos yang mencerminkan budaya perusahaan. Gunakan sistem insentif berbasis tujuan untuk memperkuat keselarasan antara karyawan dan organisasi.
Person-Organization Fit bukan hanya sekadar konsep teoritis, melainkan alat strategis yang dapat membantu organisasi mempertahankan talenta terbaiknya. Dengan memastikan kesesuaian nilai, tujuan, dan budaya antara individu dan organisasi, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan kerja, memperkuat komitmen organisasi, dan menurunkan turnover intention. Investasi dalam PO Fit adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif, serta memastikan keberlanjutan organisasi di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah