Manajemen.umsida.ac.id – Dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat, pengelolaan sumber daya manusia menjadi kunci untuk menjaga stabilitas organisasi. Penelitian Rifdah Abadiyah, dosen Manajemen Umsida, mengeksplorasi bagaimana servant leadership mampu meningkatkan komitmen organisasi dan menurunkan tingkat turnover intention.
Studi ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana karakteristik kepemimpinan memengaruhi loyalitas dan kinerja karyawan.
Servant leadership menonjolkan pendekatan kepemimpinan yang menempatkan kebutuhan karyawan sebagai prioritas. Pendekatan ini mencakup empat elemen utama:
- Pemberdayaan (Empowerment): Pemimpin mendorong karyawan untuk mengambil inisiatif dan memberdayakan mereka dalam pengambilan keputusan, sehingga meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepuasan kerja.
- Visi (Vision): Pemimpin memberikan arahan yang jelas untuk mencapai tujuan bersama, membantu karyawan memahami peran mereka dalam mencapai visi organisasi.
- Kerendahan Hati (Humility): Pemimpin menunjukkan sikap hormat dan rendah hati, menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung.
- Kepercayaan (Trust): Pemimpin membangun hubungan berbasis kepercayaan dengan karyawan, meningkatkan keterbukaan dan rasa aman dalam organisasi.
Karakteristik ini membantu menciptakan rasa keterikatan karyawan terhadap organisasi. Pemimpin yang memberdayakan karyawan dan menciptakan suasana kerja yang inklusif tidak hanya meningkatkan loyalitas tetapi juga mendorong karyawan untuk berkontribusi lebih kepada organisasi.
Hubungan dengan Turnover Intention
Turnover intention, atau keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaan, sering kali menjadi indikator utama ketidakpuasan dalam organisasi. Tingginya turnover dapat menyebabkan kerugian signifikan, termasuk biaya pelatihan karyawan baru dan kehilangan pengetahuan institusional.
Penelitian Rifdah mengungkap bahwa servant leadership memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap turnover intention. Dengan kata lain, semakin kuat karakteristik servant leadership dalam organisasi, semakin rendah tingkat keinginan karyawan untuk berpindah pekerjaan.
Analisis statistik menunjukkan bahwa peningkatan 1% dalam kualitas servant leadership dapat menurunkan turnover intention sebesar 25,7%. Hasil ini menegaskan bahwa kepemimpinan yang berfokus pada kebutuhan karyawan dapat mengurangi ketidakstabilan tenaga kerja secara signifikan.
Baca juga: Kelas Pasar Modal: Mengembangkan Keahlian Manajerial Keuangan Generasi Muda
Untuk menghadapi tantangan turnover intention yang tinggi. Pada tahun 2019, tingkat turnover mencapai angka 10,7%, sebagian besar disebabkan oleh beban kerja yang berat dan kompensasi yang dianggap tidak memadai. Namun, setelah mengadopsi model servant leadership, terjadi perubahan positif yang signifikan.
Implementasi servant leadership melibatkan langkah-langkah strategis, seperti:
- Memberikan pelatihan kepada pemimpin tim untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dan empati.
- Meningkatkan transparansi dalam proses pengambilan keputusan, yang membuat karyawan merasa dihargai.
- Memberikan insentif tambahan yang dipersonalisasi berdasarkan kebutuhan karyawan.
Hasilnya, karyawan merasa lebih dihargai dan memiliki hubungan emosional yang lebih kuat dengan perusahaan. Komitmen organisasi meningkat, dan tingkat turnover menunjukkan penurunan bertahap. Model ini menunjukkan bahwa servant leadership bukan hanya pendekatan teoritis, tetapi juga solusi praktis untuk masalah manajemen sumber daya manusia.
Peran Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening
Penelitian ini juga menyoroti peran penting organizational commitment sebagai variabel intervening dalam hubungan antara servant leadership dan turnover intention. Organizational commitment mencerminkan sejauh mana karyawan merasa terikat secara emosional dengan organisasi mereka.
Data menunjukkan bahwa servant leadership meningkatkan komitmen organisasi sebesar 51,5%. Peningkatan komitmen ini pada akhirnya berdampak pada penurunan turnover intention. Dengan kata lain, servant leadership tidak hanya memengaruhi karyawan secara langsung tetapi juga melalui peningkatan loyalitas mereka terhadap organisasi. Hal ini menunjukkan pentingnya menciptakan budaya organisasi yang mendukung untuk meningkatkan retensi karyawan.
Lihat juga: Investasi Saham untuk Pemula: Fokus pada Konsistensi Bersama GIBEI Umsida
Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan perangkat lunak SPSS, yang menghasilkan koefisien determinasi sebesar 0,657. Angka ini menunjukkan bahwa 65,7% variabilitas turnover intention dapat dijelaskan oleh faktor servant leadership, person-organization fit, dan organizational commitment. Sisanya, 34,3%, dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini, seperti faktor eksternal ekonomi atau situasi personal karyawan.
Penelitian Rifdah Abadiyah membuktikan bahwa servant leadership adalah pendekatan efektif untuk mengatasi tantangan turnover dalam organisasi. Dengan meningkatkan pemberdayaan, visi, kerendahan hati, dan kepercayaan, pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk pertumbuhan karyawan dan organisasi. Model ini tidak hanya menurunkan turnover intention tetapi juga meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan perusahaan.
Penerapan servant leadership menjadi contoh nyata bahwa investasi pada kualitas kepemimpinan dapat membawa perubahan besar dalam dinamika organisasi. Organisasi lain yang menghadapi tantangan serupa dapat belajar dari pendekatan ini untuk menciptakan budaya kerja yang lebih inklusif, meningkatkan loyalitas karyawan, dan mengurangi risiko kehilangan talenta.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah